Rangkuman Decision Support System BAB 2
RANGKUMAN
Decision Support System
BAB 2
Proses Pembuatan Keputusan
2.1 Pendahuluan
Keputusan dapat
dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas
logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati
tujuan yang telah ditetapkan. Keputusan adalah suatu pilihan yang dibuat
diantara satu lebih alternatif yang tersedia. Pemecahan masalah adalah sebuah
respon terhadap suatu hal yang berjalan baik maupun yang berjalan buruk.
Masalah atau problem didefinisikan
sebagai suatu keadaan atau kejadian yang merugikan atau berpotensi akan
merugikan bagi perusahaan dengan cara negatif, atau sebaliknya, yaitu hal yang
menguntungkan atau berpotensi menguntungkan bagi perusahaan dalam cara yang
positif.
Pada dasarnya, sebuah keputusan
dianggap sebagai sebuah pilihan (Simon 1960, Costello dan Zalkin 1963), pilihan
strategi untuk melakukan suatu aksi (Fishburn 1964), pilihan yang mengarah ke
tujuan yang di inginkan (Churchman 1968). Keputusan dipandang sebagai proses
karena terdiri atas satu rangkaian aktivitas yang berhubungan dan tidak hanya
dianggap sebagai tindakan bijaksana.
2.2 Jenis-Jenis
Keputusan
Menurut
Simon (1960), keputusan berada pada suatu rangkaian kesatuan dengan keputusan
terprogram pada satu ujungnya dan keputusan tak terprogram pada ujung yang
lain. Keputusan terprogram adalah keputusan yang sifatnya rutin dan
berulang-ulang dan organisasi biasanya mengembangkan cara tertentu untuk
mengendalikannya. Keputusan yang diambil biasanya berdasarkan pengaturan
standar yang dibuat menurut garis pedoman organisasi yang sudah ditetapkan.
Keputusan terprogram misalnya pemilihan gaji bagi seorang sistem pemasaran
baru, memesan kembali bahan baku yang dibutuhkan dalam proses manufaktur, dan
penentuan jadwal pemberian diskon untuk pelanggan volume besar.
Keputusan
tidak terprogram adalah keputusan yang dikeluarkan sekali dan umumnya tidak
terstruktur dibanding keputusan yang terprogram. Keputusan ini lebih merupakan
keputusan sekali pakai dan tentu saja tidak begitu mendetail.
2.3 Fungsi dan
Tujuan Pengambilan Keputusan
M.Iqbal
(2004) menyebutkan fungsi dari pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Pangkal permulaan dari semua aktivitas
manusia yang sadar dan terarah,baik secara individual maupun secara kelompok,
baik secara institusional maupun secara organisasional.
2.
Sesuatu yang bersifat futuristik,
artinya bersangkut-paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana
efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
M.Iqbal
(2004) juga menyebutkan tujuan dari pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Tujuan yang bersifat tunggal
Tujuan
pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang
dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan,
tidak ada kaitannya dengan masalah lain.
2.
Tujuan yang bersifat ganda
Tujuan
pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang
dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya satu keputusan yang
diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih, yang sifatnya
kontradiktif atau yang tidak bersifat kontradiktif.
2.4
Proses Pengambilan Keputusan
Menurut
Simon, dalam proses pemecahan masalah menggunakan empat aktivitas yang harus
dilakukan para manajer dan pengambil keputusan lainnya, yaitu:
2.4.1 Tahap Kecerdasan (Intelligence
phase)
Kecerdasan
adalah suatu proses sadar mengenai suatu masalah atau peluang. Dalam hal ini,
pembuat keputusan berupaya mencari lingkungan bisnis internal dan eksternal,
memeriksa keputusan-keputusan yang perlu dibuat, dan masalah-masalah yang perlu
diatasi, atau peluang-peluang yang perlu dipertimbangkan. Kecerdasan berarti
kesadaran aktif akan perubahan-perubahan di lingkungan yang menuntut
dilakukannya tindakan-tindakan tertentu.
Pada tahap ini terdapat beberapa
proses yang dapat terjadi pada tahap kecerdasan dalam proses pembuatan
keputusan, diantaranya adalah:
a.
Mengenali masalah.
Salah
satu metode dalam pengambilan keputusan adalah harus mengetahui terlebih dahulu
permasalahan yang terjadi. Menurut Turban (1995), tahap kecerdasan dimulai
dengan identifikasi tujuan dari organisasi.
Pada tahap ini terdapat beberapa cara untuk mengenali masalah,
diantaranya adalah memeriksa apakah ada masalah yang perlu di analisa, gejala
masalah, dan besarnya masalah yang bisa diatasi.
b.
Klasifikasi masalah.
Menurut
Turban (1995), pada aktivitas ini adalah menjelaskan konsep dari permasalahan
untuk mengklasifikasikannya. Klasifikasi masalah tergantung dari tingkatan
struktur masalah. Contohnya adalah
jadwal kerja, analisa cash flow, dan pemilihan inventaris untuk organisasi atau
perusahaan.
c.
Penguraian masalah.
Berbagai
permasalah yang kompleks bisa dipecah menjadi subproblem. Pendekatan untuk
memfasilitasi komunikasi antar orang berada pada proses solusi.
d.
Kepemilikan masalah.
Pada
tahap kecerdasan, sangat penting untuk membangun ‘ownership’ permasalahan.
Permasalahan ada dalam organisasi jika
organisasi mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
2.4.2 Tahap Perancangan (Design
Phase)
Tahap perancangan adalah suatu
tahap proses pengembangan, analisis dan pencarian alternatif tindakan
serta mencari identifikasi atau solusi
yang mungkin untuk di ambil atau di lakukan
dan mengevaluasi alternatif (Daihani, 2006).
Kegiatan
merancang merupakan sebuah kegiatan untuk menemukan, mengembangkan dan menganalisis
berbagai alternatif tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Tahap perancangan
ini meliputi pengembangan dan mengevaluasi serangkaian kegiatan alternatif.
Pertimbangan perancangan ini melibatkan konseptualisasi dan abstraksi
permasalahan. Termasuk juga disini
pemahaman masalah dan pengecekan
solusi yang layak.
Juga model dari masalahnya dirancang, dites, dan divalidasi.
Tugas-tugas yang ada pada tahap ini merupakan kombinasi dari seni
dan pengetahuan, yaitu:
a. Komponen-komponen model.
Model adalah abstrak dari sesuatu, ia mewakili beberapa fenomena,
yaitu objek dan aktivitas. Fenomena itu disebut entity.
b. Struktur model.
c. Seleksi prinsip-prinsip pemilihan (kriteria evaluasi).
Pemilihan solusi terbaik dapat dilakukan dengan cara yang berbeda,
untuk itu diperlukan adanya kriteria evaluasi pemilihan solusi. Kriteria solusi
berarti apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi - kondisi yang ada
menjadi kondisi yang sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Prinsip pemilihan
diantaranya adalah:
o
Model Normatif
o
Model Deskriptif
Model
statis ialah model yang tidak memasukkan waktu sebagai variabelnya. Ia
berkaitan dengan situasi pada pada suatu saat tertentu sedangkan model dinamis
ialah model yang memasukan waktu sebagai variabel, model ini mewakili tingkah laku entity sepanjang
waktu.
Model
pobabilitas adalah model tentang adanya peluang akan terjadi sesuatu.
Model
optimisasi adalah model yang
menentukan pemecahan terbaik diantara alternatif yang ada. Agar model tersebut
dapat melakukan hal ini, masalah harus terstruktur dengan baik. Sedangkan model
suboptimisasi yang seringkali
disebut satisficing model ialah model yang memungkinkan
manajer untuk melakukan serangkaian keputusan, dan model tersebut akan
memproyeksikan penyelesaian.
d. Pengembangan (penyediaan) alternatif.
e. Prediksi hasil.
f. Pengukuran hasil.
g. Skenario.
2.4.3 Tahap
Pemilihan
Hendry
Mintberg mengidentifikasi tiga pendekatan yang berbeda dalam menentukan solusi
terbaik dalam pemilihan, yaitu:
a. Analisis
Evaluasi
secara sistematis terhadap pilihan-pilihan yang ada dengan mempertimbangkan
segala konsekuensinya bagi perusahaan.
b. Penilaian
Proses
pemikiran dan pertimbangan dari seorang manajer.
c. Negoisasi
Perundingan
antara beberapa manajer.
Menurut
Turban (1995), tahap pemilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan
merekomendasikan solusi yang tepat pada model permasalahan. Solusi untuk model
adalah kumpulan dari suatu nilai variabel keputusan dalam alternatif pilihan. Pengertian yang lain adalah fase dimana
dibuat keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti suatu
tindakan tertentu.
a.
Search Approaches
Tahap
pemilihan meliputi pencarian terhadap solusi program yang tepat yang bisa
menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya.
Pendekatan pemilihan yang ada adalah tergantung kriteria permasalahan.
Beberapa model pendekatan, yaitu :
·
Analytical
Techniques menggunakan
analisa formula matematis untuk mendapatkan solusi optimal atau prediksi hasil.
Pendekatan ini juga digunakan untuk menyelesaikan masalah terstruktur.
·
Algorithms
teknik
analisa ini menggunakan algoritma untuk meningkatkan efisiensi pencarian.
Algoritma adalah step-by-step proses
pencarian untuk mencari solusi yang tepat dan optimal.
Proses
untuk menggambarkan metode pencarian dengan algoritma seperti bisa dilihat pada
gambar di bawah ini:
Pada
saat melakukan proses pencarian, deskripsi solusi yang tepat perlu diberikan,
ini yang dinamakan dengan goal.
Beberapa langkah yang mungkin membantu proses inisialisasi kepada tujuan yang
pasti perlu untuk diuji, beberapa langkah tersebut adalah blind search dan heuristic
search.
o
Blind
Search. Teknik blind
search mengacu pada pendekatan pencarian dimana tidak ada petunjuk yang
jelas. Terdapat dua tipe metode, diantaranya adalah complete enumeration dimana terdapat beberapa alternatif solusi
yang bisa diambil, dan merupakan solusi optimal yang ditemukan; dan incomplete dimana terdapat mekanisme
pencarian secara terus menerus sampai dengan solusi yang ‘cukup baik’
ditemukan.
o
Heuristic
Search. Untuk beberapa aplikasi, terdapat kemungkinan
untuk menemukan suatu informasi yang spesifik untuk membantu proses pencarian
dan mengurangi jumlah komputasi yang diperlukan. Metode ini dinamakan informasi heuristik, prosedur pencarian yang
menggunakan informasi heuristik dinamakan dengan metode pencarian heuristik.
Heuristik merupakan aturan-aturan pengambilan keputusan yang berhubungan
bagaima suatu permasalahan diselesaikan.
2.4.4 Tahap Implementasi
Suatu solusi yang diusulkan untuk suatu masalah
adalah inisialisasi terhadap hal baru, atau pengenalan terhadap perubahan. Pada fase ini ternyata keuntungan yang
didapat dari DSS juga sepenting atau malah lebih penting dibandingkan
penggunaan DSS pada fase-fase sebelumnya.
Keuntungannya adalah dalam
memberikan ketajaman dan
detil dari analisis
dan output yang dihasilkan. Untuk ES, jelas implementasi keputusan di
dukung olehnya. Kelebihan ES yaitu ia dapat berfungsi sebagai sistem penasehat
berkaitan dengan implementasi masalah ini. Terakhir ES menyediakan training
yang menjadikan segala yang diimplementasikan lebih mudah dan mulus.
Proses-proses
yang terjadi pada kerangka
kerja pendukung keputusan
(Decision Support)
dibedakan menjadi :
·
Terstruktur –
mengacu pada permasalahan rutin dan berulang untuk memberikan solusi standar
yang ada.
·
Tak terstruktur
– adalah “fuzzy”,
permasalahan kompleks dimana
solusi tidak dapat diberika secara serta merta atau begitu
saja. Masalah yang tidak terstruktur dikarenaan tidak adanya tiga fase proses
yang terstruktur.
·
Semi terstruktur
– terdapat beberapa keputusan terstruktur, tetapi tidak semuanya dari fase-fase
yang sudah ada.
Kesuksesan implementasi menghasilkan pemecahan masalah yang mendasar.
Kegagalan mengarahkan proses tersebut kembali pada fase sebelumnya. DSS
mendorong beberapa tugas dalam proses ini dapat berjalan secara otomatis, yang
mana model pengambilan keputusan dipakai sebagai intinya (core).
Terdapat beberapa hambatan pada fase implementasi ini,
diantaranya adalah:
·
Berkenaan dengan
penolakan untuk melakukan perubahan.
·
User training.
·
Dukungan dari
manajemen yang lebih tinggi.
BAB 3
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan
Suatu keputusan diambil untuk dilaksanakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang ditentukan, dan dalam proses pengambilan
keputusan tersebut terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan.
Sondang
Siagian menyebutkan terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi proses
pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Dinamika
individu dalam organisasi
2.
Dinamika
kelompok dalam organisasi
3.
Dinamika
lingkungan organisasi
Turban
(1995) juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan, yaitu :
1.
Personality (temperament) type
Banyak studi yang menyebutkan bahwa ada hubungan
erat antara personality dengan pengambilan keputusan. Personality memberikan
pengaruh pada proses pemilihan alternatif, keputusan dalam menghadapi resiko
dan reaksi di bawah tekanan.
2.
Gender (jenis
kelamin)
Studi psikologis menyatakan bahwa terkadang ada
persamaan dan perbedaan dalam pengambilan keputusan jika berdasarkan gender,
misalnya kualitas, kemampuan, menghadapi resiko dan pola komunikasi. Smith
(1999) menyebutkan:
“Men are
inclined to take risks than women in a variety situation, a difference which
does not stem from differences in the perceived probability of success”
Selain
faktor yang disebutkan diatas, secara umum faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan adalah :
1. Faktor Gaya Keputusan/Sifat Manusia
Menurut
Durvasula dan Lysonski (1993), gaya pembuatan keputusan merujuk kepada
orientasi mental yang menjelaskan bagaimana seseorang pengguna atau individu
membuat pilihan dalam hal pembuatan keputusan.
Tiga
hal yang dapat mempengaruhi proses membuat keputusan:
1.
Ciri-ciri individu seperti motif, nilai,
gaya hidup dan personal.
2.
Pengaruh sosial seperti budaya,
referensi , dan keluarga.
3.
Pengaruh situasi. à
lingkungan
Gaya-gaya
keputusan, tentunya, hanya satu aspek dari suatu situasi keputusan. Itu tidak akan
nyata untuk berharap
bahwa pengetahuan gaya-gaya sendiri
dapat menjadi dasar pembuatan
keputusan lebih efektif.
Sebelum dipertimbangkan dalam konteks organisasi dan sebagai sisi
proses pembuatan keputusan, gaya-gaya keputusan dapat digunakan
sebagai alat penilaian dalam
memahami pembuat keputusan, penjelasan tindakan yang
diambil, dan pengait-an individu dengan persyaratan tugas.
2.
Faktor Personal à Kebutuhan personal, Lingkungan.
Individu mempunyai pemaksaan
kebutuhan pribadi yang mempengaruhi gerakannya terhadap
lingkungan, organisasi, dan
tuntutan tugas. Reaksi manajer
terhadap keempat kekuatan
di atas menentukan seberapa baik organisasi berjalan.
Pemahaman bagaimana keempat kekuatan ini mempengaruhi individu memperkenankan
manajer berperilaku menyeluruh secara lebih baik dengan yang lainnya.
Masing-masing dari keempat
kekuatan ini mengarah pada
satu pendekatan berbeda pada studi manajemen. Faktor lingkungan secara
tradisional telah dikembangkan para ahli
ekonomi dan orang-orang dalam kebijakan dan
strategi bisnis.
3.
Faktor
Kognitif/Kepercayaan
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang
didapatkan dari proses berpikir tentang penalaran terhadap suatu permasalahan
dalam pengambilan keputusan.
Proses yang dilakukan adalah
memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas
mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan
berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognitif biasa diartikan sebagai kecerdasan
atau inteligensi. Kepercayaan/pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya
dapat memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku/tindakan
mereka terhadap pengambilan keputusan. Mengubah pengetahuan seseorang akan
sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.
Fungsi
kognitif dibagi menjadi beberapa poin diantaranya adalah atensi, persepsi,
ingatan, bahasa, dan pemecahan masalah.
·
Atensi à perhatian
terhadap permasalahan untuk dapat mencari solusi.
·
Persepsi à proses untuk
mengenali permasalahan.
·
Ingatan
à proses mengingat setiap permasalahan yang
dihadapi.
·
Bahasa
à menggunakan
bahasa yang akan disajikan saat keputusan dipublikasi.
·
Pemecahan masalah
à upaya untuk
memaintenance ketika terjadi permasalahan, di
carikan solusinya.
carikan solusinya.
4.
Faktor
Manajemen/Sistem
Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas
yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Faktor
manajemen merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan, beberapa
fungsi manajemen (Fayol, 1949) dalam hal pengambilan keputusan, diantaranya
adalah
·
Perencanaan (planning) à menentukan data2 yang akan diolah.
·
Pengorganisasian (organizing)
Beberapa hal
yang perlu dilakukan seseorang dalam pengambilan keputusan dari segi manajemen
menurut Robert L Katz adalah :
·
Pengarahan (directing) à
untuk manajerial à
tindakan yang menuju ke satu titik.
·
Keterampilan Konseptual à Kemampuan
menentukan format data yang akan dijadikan sebagai pengaruh pengambilan
keputusan.
·
Keterampilan (humanity skill) à
soft skill à
kemampuan didalam berkomunikasi.
·
Keterampilan Teknis à
Membuat Program/ Applikasi untuk mengambil keputusan.
Selain tiga keterampilan dasar di
atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki MANAJER
dalam pengambilan keputusan, yaitu :
·
Keterampilan
Manajemen Waktu
·
Keterampilan
Membuat Keputusan
- Mengenali Masalah à
mendefinisikan masalah
- Mengevaluasi masalah tersebut. à
menentukan alterfnatif yang akan diambil
- Mengimplementasikan alternative
yang diambil.
BAB 4
Karakteristik
dan Komponen Decision Support System (DSS)
4.1
Karakteristik Decision Support System (DSS)
Di bawah ini adalah karakteristik dan kemampuan ideal dari
suatu DSS (Turban, 2007), yaitu:
1.
DSS menyediakan dukungan bagi pengambil
keputusan utamanya pada situasi semi
terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan
manusia dan informasi
terkomputerisasi.
2.
Dukungan disediakan untuk berbagai level
manajerial yang berbeda, mulai dari pimpinan puncak sampai manajer lapangan.
3.
Dukungan disediakan bagi individu dan
juga bagi group. Berbagai masalah organisasional melibatkan pengambilan
keputusan dari orang
dalam group.
4.
DSS menyediakan dukungan ke berbagai
keputusan yang berurutan atau saling berkaitan.
5.
DSS mendukung berbagai fase proses pengambilan keputusan: intelligence,
design, choice dan implementation.
6.
DSS mendukung berbagai
proses pengambilan keputusan
dan style yang
berbeda-beda, ada kesesuaian
diantara DSS dan atribut pengambil keputusan individu (contohnya vocabulary dan
style keputusan).
7.
DSS
selalu bisa beradaptasi
sepanjang masa. Pengambil
keputusan harus reaktif,
mampu mengatasi perubahan kondisi
secepatnya dan beradaptasi
untuk membuat DSS
selalu bisa menangani perubahan
ini.
8.
DSS mudah untuk digunakan. User harus
merasa nyaman dengan sistem ini.
9.
DSS
mencoba untuk meningkatkan
efektivitas dari pengambilan
keputusan (akurasi, jangka waktu,
kualitas), lebih daripada
efisiensi yang bisa
diperoleh (biaya membuat
keputusan, termasuk biaya penggunaan komputer).
10.
Pengambil keputusan
memiliki kontrol menyeluruh
terhadap semua langkah
proses pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah.
11.
User/pengguna harus
mampu menyusun sendiri
sistem yang sederhana.
12.
DSS
biasanya mendayagunakan berbagai
model (standar atau
sesuai keinginan user)
dalam menganalisis berbagai keputusan.
13.
Data akses disediakan pada berbagai
jenis sumber data, format dan tipe, baik yang mengarah ke GIS maupun ke object
oriented.
14.
Dapat dibuat standalone, maupun yang terdistribusi pada seluruh organisasi. \
4.2
Komponen Decision Support System(DSS)
DSS terdiri dari beberapa subsistem, yaitu:
1.
Data Management Subsytem
Termasuk database, mengandung data yang
relevan untuk berbagai macam
situasi dan diatur oleh perangkat lunak (software)
yang disebut Database Management Systems (DBMS).
2.
Model Management Subsytem
Melibatkan
model financial, statistical, manajement sains (science management) atau
berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga mampu memberikan kemampuan analisa
yang baik kepada sistem dan manajemen perangkat lunak (software) yang dibutuhkan.
3.
User
Interface Subsystem/Communication (dialog subsystem).
Pengguna
dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini,
yang menyediakan halaman antarmuka (user
interface).
4.
Knowledge-based Management Subsytem
Subsistem
opsional yang dapat mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai komponen
yang berdiri sendiri.
4.5.1
Subsistem Manajemen Data(Data Management Subsistem)
Suatu
subsistem manajemen data terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut:
1.
Database
Decision Support System
Data
pada database DSS didapat dari berbagai sumber bisa disimpan dan dipergunakan
kembali oleh perusahaan.
2. Sistem
Manajemen Database (Database Management
System)
Untuk
membuat database DSS, sangat dibutuhkan proses pengambilan data dari beberapa
sumber, yang disebut dengan extraction.
Proses extraction diatur oleh DBMS.
DBMS
(Database Management System) memiliki
beberapa kemampuan dalam DSS antara lain:
a. Mampu
mengekstrak data agar dapat masuk ke dalam database DSS.
b. Mampu
dengan lebih cepat meng-update (menambah, menghapus, merubah) rekod data dan
file.
c. Menghubungkan
data dari berbagai macam sumber data
d. Secara
cepat menampilkan data dari database dalam bentuk kueri dan report (laporan)
3. Fasilitas
Query
Dalam
membangun dan menggunakan DSS, melibatkan proses mengakses data, mengelola
data, dan query data yang disebut dengan query
facility. Proses pada query facility
melibatkan query language, misalnya SQL.
4. Direktori
data
Direktori
data adalah catalog dari semua data pada database. Direktori data berisi
definisi data, bisa menjawab tentang keberadaan data, dan memungkinkan
terjadinya penambahan, penghapusan dan perubahan data.
4.6 Subsistem Manajemen Model
Subsistem manajemen model terdiri dari beberapa elemen
antara lain:
1.
Berbasis
model (model base)
Model base berisi special statistical, financial, forecasting,
management science dan model kuantitatif lainnya yang menambah kemampuan
analisa dari DSS. Model pada model base dapat dibagi menjadi empat kategori,
yaitu:
a.
Strategic model
b.
Tactical model
c.
Analytical model
Model pada model base bisa juga
dikategorikan berdasarkan functional area, misalnya financial model dan production control model, bisa juga
dikategorikan berdasarkan disiplin ilmu, misalnya statistical model, management science allocation model.
2.
Berbasis
sistem manajemen model (model base
management system)
Sistem manajemen berbasis model atau
Model Base Management System (MBMS)
adalah suatu sistem perangkat lunak (software)
yang memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
a.
Pembuatan
model
b.
Penggunaan
subrutin dan building block
c.
Pemanggilan
rutin dan laporan baru
d.
Perubahan
dan perbaikan model
e.
Pengolahan
data
3.
Bahasa
permodelan (modeling language).
4.
Direktori
model (model directory).
Merupakan catalog model yang berisi
definisi model, bisa menjawab tentang keberadaan model, dan memungkinkan
terjadinya penambahan, penghapusan dan perubahan model.
5.
Perintah,
integrasi dan eksekusi model (model
execution, integration and command processor)
Sementara itu ada beberapa aktivitas
yang dikontrol oleh manajemen model yakni:
a.
Model Execution – yang mengontrol jalan model
sesungguhnya.
b.
Model Integration – yang mengkombinasikan operasi
dari berbagai model jika dibutuhkan, sebagai contoh, mengatur output (keluaran) dari sebuah model yang
dapat diproses oleh model yang lain.
c. Model
Command Processor -
yang menerima dan menginterpretasikan instruksi permodelan dari komponen user interface
dan meneruskannya ke MBMS, model execution
atau integration function.
4.7 Subsistem Pengetahuan
Komponen
manajemen pengetahuan (knowledge
management) terdiri dari satu atau beberapa Sistem Pakar (Expert System). Seperti halnya manajemen
model dan data, pada manajemen pengetahuan perangkat lunak (software knowledge management) terdapat
proses eksekusi dan integrasi yang dibutuhkan sistem pakar (Expert Sistem). DSS yang
mengikutsertakan komponen manajemen pengetahuan (knowledge management) dikenal dengan sebutan DSS cerdas (Intelligent DSS) atau juga knowledge-base DSS.
4.8 Subsistem Antar Muka Pengguna (User
Interface(Dialog) Subsistem)
Subsistem dialog diatur oleh sebuah
perangkat lunak (software) yang disebut
dengan Dialog Generation and Management System (DGMS). DGMS adalah program-program yang mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mampu
berinteraksi dengan berbagai bentuk dialog
style yang berbeda-beda.
2. Mendapatkan,
menyimpan dan menganalisa penggunaan dialog dengan metode tracking,
yang dapat digunakan untuk meningkatkan sistem dialog.
3. Dapat
mengakomodasi/menerima pengguna (user)
dengan berbagai macam peralatan input yang juga berbeda-beda.
4. Mampu menghadirkan
data dengan berbagai macam format dan peralatan output.
5. Mampu
memberikan kepada pengguna kemampuan untuk “membantu (help)”, meminta (prompt),
mendiagnosa rutin dan saran atau komponen-komponen pendukung yang lebih
fleksibel lainnya.
6. Menyediakan
antarmuka pengguna (UI) bagi database dan model base
7. Membuat
struktur data untuk menjelaskan output (keluaran).
8. Mampu
menyimpan data input (masukan) dan output (keluaran).
9. Menyediakan
grafik berwarna, grafik tiga dimensi dan penempatan data (data plotting)
10. Memiliki
window yang memungkinkan banyak fungsi bisa ditampilkan secara bersamaan.
11. Dapat
mendukung komunikasi diantara pengguna (user) dan pembuat DSS.
12. Menyediakan
pelatihan dengan contoh-contoh memandu pengguna melalui input dan proses
pemodelan.
13. Menyediakan
kemudahan dan mampu beradaptasi sehingga DSS dapat mengakomodasi berbagai macam
permasalahan dan teknologi yang berbeda-beda.
4.9 Pengguna (User)
Pengguna atau User adalah seseorang
yang berhadapan dengan masalah atau keputusan yang harus diambil dimana DSS
didesain untuk mendukung pengambilan keputusan tersebut, contoh pengguna (user) antara lain manajer, direktur atau
pengambil keputusan lainnya.
Pada
umumnya DSS memiliki dua kelas pengguna yakni manajer dan staf spesialis. Staf
spesialis adalah staf yang melakukan analisis keuangan (financial), perencanaan produksi, peneliti pasar dan sejumlah
manajer lainnya.
Penggunaan DSS oleh pengguna
memiliki beberapa pola antara lain:
1.
Subscription Mode –
Pengguna atau pengambil keputusan menerima laporan (report) yang dihasilkan secara teratur.
2.
Terminal Mode – Pengguna atau pengambil keputusan
adalah pengguna langsung dari system yang melalui akses online, merupakan mode
yang paling dominan.
3.
Intermediary Mode – Pengguna atau pengambil keputusan
menggunakan sistem dengan suatu perantara yang melakukan analisis,
menerjemahkan dan melaporkan hasilnya. Pengambil keputusan tidak harus tahu
bagaimana perantara ini bekerja dalam system untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
4.10 Perangkat Keras Dan Perangkat Lunak DSS
4.10.1 Time SHARING
Organisasi yang tidak memiliki
komputer mainframe, namun membutuhkan kemampuan seumpama komputer mainframe
dapat menggunakan pendekatan time-sharing. Dan andaikan organisasi telah memiliki
mainframe sekalipun, organisasi tersebut juga dapat menggunakan time-sharing karena berdasarkan fakta bahwa
waktu respon lebih baik apabila menggunakan jaringan time-sharing dibandingkan menggunakan system computer in-house. Keuntungan lain adalah kecepatan dimana DSS
dapat segera dibangun jika vendor juga
sebagai pembangun DSS (DSS builder),
dikarenakan vendor memiliki pengalaman menggunakan perangkat lunak (software) dan pernah membangun DSS yang
serupa.
Kerugiannya ada pada biaya control,
jika suatu DSS sering digunakan maka biaya time-sharing
menjadi lebih tinggi.
4.10.2 Mainframe, workstation mini atau personal
Computer (PC)
Penggunaan Perangkat keras (hardware) seperti computer
mainframe maupun workstation bergantung pada ketersediaan dan layanan yang
dibutuhkan, namun di masa kini kemampuan PC yang sudah berlipat ganda sudah
mampu menggantikan computer mainframe di masa dahulu.
4.10.3
Dsistribute DSS
Sangat berhubungan dengan jaringan
komputer dimana juga telah dibuat Distributed
DSS yang memiliki akses luas, juga mampu menyediakan data dan model di banyak
lokasi yang berbeda.
4.11 Klasifikasi Dan Dukungan DSS
Holsapple dan Whinston (1996) mengklasifikasikan
DSS ke dalam enam framework, yaitu:
1. Text
oriented DSS
2. Database
oriented DSS
3. Spreadsheet
oriented DSS
4. Solver
oriented DSS
5. Rule
oriented DSS
6. Compound
DSS merupakan DSS yang dibangun
menggunakan lima framework yang ada sebelumnya.
Alter’s (1980) mengklasifikasikan
DSS didasarkan “derajat implikasi tindakan terhadap output sistem” yang
menekankan pada bagaimana output
sistem dapat secara langsung mendukung (atau menentukan) keputusan
Hackanhorn dan Keen (1981)
mengklasifikasikan DSS berdasarkan jenis
dukungannya:
1. Personal
Support.
2. Group
(Team) Support.
3. Organizational
Support.
.
4.12 Level Teknologi
Kerangka kerja untuk memahami konstruksi
DSS mengidentifikasikan tiga level
teknologi DSS, yaitu:
1.
Specific DSS (DSS applications)
Final product atau aplikasi DSS yang nyata-nya
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan keinginan dan harapan kita disebut dengan
specific DSS (SDSS).
Contoh: Houston Minerals
membuat SDSS untuk menganalisis joint venture.
2.
DSS
Generators (atau Engines)
Adalah perangkat lunak (software)
pengembangan terintegrasi yang menyediakan sekumpulan kemampuan untuk membangun
specific DSS secara cepat, tak mahal, dan mudah. Contoh: Lotus 1-2-3, Microsoft
Excel.
3.
DSS
Tools
Level terendah dari teknologi DSS
adalah software utility atau tools. Elemen ini membantu pengembangan
baik DSS generator atau SDSS. Contoh: grafis (hardware dan software), editors,
query systems, random number generator, dan spreadsheets.
0 komentar: